Tuesday, April 15, 2014

12 ALASAN KENAPA AMERIKA SERIKAT TIDAK BISA INVASI KE INDONESIA (Berdasarkan Bocoran Surat Rahasia CIA)

Sebuah dokumen berklasifikasi sangat rahasia (TOP SECRET) bocor ke tangan wartawan. Dokumen ini adalah laporan CIA kepada Pentagon yang sebenarnya akan diteruskan ke Gedung Putih. Menurut dokumen tsb, setelah Irak, Indonesia akan jadi sasaran berikutnya. Tapi intel-intel CIA yang lebih dahulu diterjunkan ke Indonesia, menyimpulkan bahwa jika diteruskan maka perang tsb akan menjadi sangat mahal biayanya dan dipastikan AS akan menderita banyak kerugian. Ini isi dokumen yang telah diterjemahkan unofficial ke dalam Bahasa Indonesia :


===========================================================================



Kepada Yth.
Kepala Staf Gabungan
Jenderal Richard Myers
Tembusan: Direktur CIA

Rencana penyerangan ke Indonesia sebaiknya dipertimbangkan lagi mengingat mahalnya biaya yang akan timbul dari peperangan tersebut. Berikut data-datanya:

Begitu memasuki perairan, Armada ketujuh kita akan dihadang pihak Bea Cukai karena membawa masuk senjata api dan peralatan tanpa surat izin dari pemerintah RI. Ini berarti kita harus menyediakan “uang damai”. Coba hitung berapa besarnya jika peralatan yang dibawa sedemikian banyak. (Alasan 1 - Uang damai Bea Cukai)

Kemudian bila kita mendirikan base camp militer , bisa ditebak di sekitar base camp pasti akan banyak dikelilingi tukang bakso, tukang es kelapa, lapak VCD bajakan, sampai obral celana dalam Rp 10.000 dapat 3. Belum terhitung jika pedagang komedi puter juga ikut mangkal di sekitar base camp. (Alasan 2 - Pedagang Kaki Lima)

Kemudian kendaraan tempur serta tank-tank lapis baja yang diparkir dekat base camp akan dikenakan retribusi parkir oleh petugas dari dinas perparkiran daerah maupun preman-preman sekitar. Jika dua jam pertama dikenakan Rp 10.000 (tarif untuk orang bule), berapa yang harus dibayar oleh pemerintah AS jika kendaraan harus parkir sebulan atau setahun lebih seperti di Irak sekarang ini. Belum lagi pengusaha parkir swasta yang bisa melobi Gubernur Fauzi Bowo untuk menaikkan tarif parkir. Lobi itu sangat mulus karena salah satu komisaris di sebuah perusahaan parkir terbesar di Jakarta itu adalah mantan pejabat tinggi. (Alasan 3 - Uang Parkir)

Belum lagi di sepanjang jalan menuju lokasi base camp kita harus menghadapi para “Pak Ogah” yang berlagak mengatur jalan sambil memungut biaya dari kendaraan yang memutar. Bisa dibayangkan berapa recehan yang harus disiapkan jika harus melakukan operasi tempur menuju pusat-pusat musuh seperti Cilangkap. Dari Tanjung Priok (pelabuhan tempat Kapal induk merapat dan lokasi pasukan mendarat) ke Cilangkap saja ada berapa pertigaan, perempatan dan putaran. (Alasan 4 - bayar Polisi Cepek atau Pak Ogah)

Suatu kerepotan besar jika rombongan pasukan harus berkonvoi. Karena konvoi yang berjalan lambat pasti akan dihampiri para pengamen, dan anak-anak jalanan. Ini berarti harus mengeluarkan recehan lagi. (Alasan 5 - Memberi Pengamen)

Belum lagi jika di jalan bertemu polisi bokek, udah pasti kena semprit karena konvoi tanpa izin terlebih dahulu. Bayangkan berapa uang damai yang harus dikeluarkan untuk polantas-polantas itu. Itu baru polantas Pak Myers. Belum petugas DLLAJ. Anda harus melihat sendiri bagaimana mereka beraksi. Kendaraan2 dan tank2 itu kan belum di kir. Itu pertanda buruk. Setiap kali kir, berapa uang yang harus kita keluarkan untuk membayar yang resmi dan tidak resmi. Belum lagi kalau mau menyerbu KODAM di daerah lain. Kita harus melewati jembatan Timbang milik DLLAJ. Siapkan saja uang pelicin yang lebih banyak. (Alasan 6 - Uang sogokan Polantas dan DLLAJR)

Di base camp militer , tentara AS sudah pasti tidak bisa tidur nyenyak, karena banyak nyamuk akibat sangat tidak higienisnya lingkungan sekitar. Ini bisa dibasmi dengan penyemprotan dari dinas kesehatan. Lagi-lagi harus menyiapkan amplop untuk mereka. (Alasan 7 - Ongkos Fogging dan Dinas Kesehatan)

Tentara AS juga nggak bisa jauh2 dari peralatan perangnya, karena disekitar base camp sudah mengintai pedagang besi loakan yang siap mempreteli peralatan perang canggih yang kita bawa. Kurang waspada sedikit saja, tank Abrams kebanggaan kita bakal siap dikiloin. (Alasan 8 - Tukang Loakan / Barang Bekas)

Belum lagi para pencuri kendaraan bermotor yang sudah siap beraksi dengan kunci T-nya bakal merebut jip-jip perang kita yang kalau didempul dan cat ulang bisa dijual ke pasar gelap atau pasar spare part hasil curian ranmor di Cinangka. (Alasan 9 -  Curanmor)

Peralatan telekomunikasi kita, yang menjadi alat vital dalam pertempuran, juga harus dijaga ketat, karena bandit kapak merah sudah mengincar peralatan itu. (Alasan 11 - Kapak Merah)

Di samping itu juga ada aturan wajib lapor kalau bawa tamu jika lebih dari 1 x 24 jam, dan harus izin RT setempat. Belum RW dan kelurahan. Berapa banyak meja yang harus dilalui dengan amplopan. (Alasan 12 - Uang Amplop RT, RW, Kelurahan)

Membayangkan ini semua, kami mewakili intel CIA di lapangan sepakat untuk meninjau ulang rencana penyerangan. Terimakasih.

5 Strategi Militer Perang Dunia 2


Perang Dunia 2 merupakan perang yang unik. Masing-masing negara mempunyai strategi mereka masing-masing untuk memenangkan peperangan. Baik di darat, laut, maupun udara para jendral, marsekal dan lakasamana saling bersaing untuk menggungguli lawan-lawannya. Berikut adalah sekilas tentang beberapa strategi militer Perang Dunia ke 2, baik yang umum diketahui maupun yang jarang disebut-sebut dalam buku sejarah:
Blitzkrieg (Jerman)
Blitzkrieg barangkali adalah strategi perang dunia yang paling banyak dibicarakan dan ditulis dalam buku-buku sejarah. Blitzkrieg adalah sebuah metode perang kilat dengan menggunakan pasukan bermotor (Panzer, Infantri mekanik, dan kavaleri) sebagai tulang punggung sebuah serangan. Di samping itu, koordinasi juga dilakukan dengan pasukan udara sehingga sebuah pukulan serangan dapat dilakukan dengan begitu efektif dan mematikan.
Invasi Polandia Dengan Menggunakan Strategi Blitzkrieg dimana Panzer Menjadi Tulang Punggung Serangan
Invasi Polandia Dengan Menggunakan Strategi Blitzkrieg dimana Panzer Menjadi Tulang Punggung Serangan
Ide Blitzkrieg sebenarnya sangatlah sederhana. Mencari titik lemah musuh, dan jika sudah ketemu maka di tempat itulah sebuah serangan besar-besaran dengan kecepatan tinggi dilakukan. Jika sebuah garis pertahanan sudah mampu ditembus, maka pasukan bermotor itu akan mampu mengurung lawan dari belakang garis pertahanan sehingga membuat pasukan musuh tidak mempunyai pilihan lain selain menyerah.
Nama Guderian seringkali disebut-sebut sebagai orang yang bertanggung jawab dalam membentuk strategi ini. Namun ia tidak sendiri, seorang jenius lain bernama Erich Von Manstein bahkan mempunyai andil yang lebih besar lagi. Dua orang Jendral Jerman itulah yang mencetuskan (tentu saja dengan restu Jendral-Jendral lain seperti Von Bloomberg, Rundstedt, ataupun Von Leeb) ide kombinasi perang mekanik yang belum pernah ada sebelumnya.
Blitzkrieg mempunyai banyak sekali keunggulan dimana salah satunya adalah efektivitas serangan yang membuat tenaga manusia tidak terhambur sia-sia. Namun, strategi ini sangat mengandalkan unsur suprise atau dadakan. Ketika informasi, meskipun hanya sedikit saja bocor ke pihak lawan, maka Blitzkrieg akan menjadi sebuah serangan bunuh diri, seperti yang terjadi pada pertempuran Kursk tahun 1943.
Dalam peperangan mekanis modern, prinsip-prinsip strategi Blitzkrieg masih dijalankan. Beberapa pertempuran seperti Operasi Desert Storm sangat kental akan unsur penggunaan strategi Blitzkrieg dan barangkali pertempuran-pertempuran modern di masa mendatang. Tank masih dan kemungkinan akan terus menjadi tulang punggung pasukan ke depan. Tentu saja, tank sendiri tidak bisa memenangkan perang, ia harus dikombinasikan dengan infantri, bahkan jika perlu kekuatan udara.
Great Patriotic Warfare/Human Wave Doctrine (Uni Soviet)
Pada awal peperangannya dengan Jerman, Uni Soviet sebenarnya mempunyai jauh lebih banyak peralatan perang dibandingkan dengan Jemran. Mereka mempunyai sekitar 10.000 tank, 15.000 pesawat, dan lebih dari 50.000 artileri. Namun kualitas peralatan tempur itu kalah jauh dibandingkan dengan made in Germany. Babakan awal menjadi waktu yang begitu menggenaskan bagi Soviet, satu setengah juta pasukannya menjadi tawanan dan lebih banyak lagi yang tewas. Untuk mengatasi situasi yang genting tersebut, Soviet membuat strategi Great Patriotic Warfare atau yang lebih diasosiasikan dengan Human Wave Doctrine.
Serangan Infantri dalam Battle of Kursk
Serangan Infantri dalam Battle of Kursk
Pernah melihat film Enemy at The Gates? Sebuah gambaran Tentang Pertempuran Stalingrad, pertempuran terbesar sepanjang sejarah dimana tiga ratus prajurit Jerman dan sekitar dua juta pasukan Soviet tewas ‘hanya’ di satu kota. Di sana, Soviet merekrut para pemuda bahkan hingga pedalaman Pegunungan Ural. Pemuda-pemuda ini diterjunkan ke peperangan dengan pelatihan yang sangat minim, peralatan mereka jauh lebih minim lagi. Di film digambarkan bagaimana dua orang prajurit hanya diberi sepucuk senapan, ketika seorang yang membawa senapan tewas tertembak, diharapkan orang yang ada di belakangnya akan mengambil senapan dan menembak lawan.
Setelah kehancuran Red Army di akhir tahun 1941, Uni Soviet memang sangat kekurangan peralatan perang. Namun dengan sistem kerja paksa dan pemindahan industri besar-besaran, akhirnya Uni Soviet mampu menyusun kekuatannya kembali. Tahun 1942 merupakan tahun yang krusial bagi Soviet, karena mereka diharuskan mampu melakukan regenerasi angkatan bersenjatanya yang telah porak-poranda. Kementrian pertahanan memutuskan untuk merekrut sebanyak-banyaknya tenaga manusia untuk angkatan bersenjata. Meskipun mereka harus berangkat perang tanpa peralatan yang memadahi dan perbekalan minim.
Beruntung bagi Soviet, musim dingin tahun 1941 benar-benar membuat kekuatan Jerman kacau. Pasukan Blitzkrieg yang datang ke Rusia tanpa persiapan musim dingin yang memadahi harus bersusah payah menghadapi ‘General Winter’ yang mencekam. Tidak ada yang tahu jumlah pasti korban pasukan Jerman akibat musim dingin yang ganas itu, namun sepanjang akhir tahun 1941 hingga awal 1942 (yang nyaris hampir tidak ada pertempuran frontal besar-besaran), sekitar enam ratus ribu pasukan Jerman tewas atau luka-luka. Jumlah yang hampir seperlima dari seluruh angkatan perang Jerman yang diterjunkan ke Russia.
Fire Power Focus (Inggris)
Orang Inggris terkenal kolot, kaku, dan berhati-hati. Sifat mereka ini begitu kentara ketika perang sedang berkecamuk. Jendral Montgomery ketika melawan Rommel di Afrika Utara memilih untuk menahan serangan, bahkan mundur jika perlu, sekedar untuk menanti peralatan perang mereka lebih dari cukup untuk memukul mundur lawan. Ketika ia telah mempunyai lebih dari 600 pucuk meriam artileri dan sekitar 500 tank, Jendral yang terkenal menjadi singa padang pasir itu barulah melakukan pergerakan.
Serangan Pasukan Inggris Di Afrika Utara
Serangan Pasukan Inggris Di Afrika Utara
Montgomery memilih untuk maju setindak demi setindak dalam menghadapi Jerman. Mereka berfikir bahwa lebih baik mengorbankan logistik daripada menghamburkan sumber daya manusia. Dan memang, jika dibandingkan dengan negara lain yang terlibat aktif Perang Dunia 2, Inggris adalah  negara yang paling sedikit korbannya.
Montgomery berpikir nyaris seperti para Jendral Perang Dunia I. Ia membombardir terlebih dahulu garis pertahanan Jerman sebelum serangan dilakukan, kemudin melakukan serangan secara frontal dengan menggunakan tank dan infantri yang berkedudukan saling support. Cara seperti ini memang mahal dalam biaya, namun hal itu sangat efektif untuk meminimalisir korban.
Carpet Bombing (USA)
Amerika, di dalam Perang Dunia ke 2 adalah negara yang paling mempunyai sumber daya baik manusia maupun alam yang paling melimpah. Amerika juga terkenal dengan sikap orang-orangnya yang tidak sabaran, selalu ingin cepat mendapatkan hasil meskipun dilakukan dengan sedikit boros dan ceroboh. Sifat-sifat itulah yang barangkali juga mewarnai sepak terjang negara ini sewaktu perang. Jika ada hasil yang mampu dicapai dengan cepat, sumber daya alam yang terbuang tidak menjadi masalah.
B24 Liberator - Salah Satu Pesawat Pembom USA
B24 Liberator – Salah Satu Pesawat Pembom USA
Selama Perang Dunia 2, Amerika memproduksi pesawat pembom jarak jauh dalam jumlah luar biasa banyak. Pesawat Pembom B25 misalnya dibuat dalam jumlah 9000 buah, belum lagi varian B17 yang dibuat dalam jumlah 12000 buah. Pesawat-pesawat itulah yang di kemudian hari sangat menentukan jalannya pertempuran di Eropa.
Carpet Bombing adalah metode pemboman secara masif dan besar-besaran pada suatu target. Satu serangan dapat melibatkan 100-300 pembom sekaligus, atau lebih. Bom yang turun dari pesawat-pesawat itu meluluh lantakan tanak sehingga hampir tidak dapat lagi dikenali keasliannya. Seakan-akan sebuah karpet diturunkan dari langit, menutupi tanah yang sebelumnya penuh dengan kehidupan.
Strategi Carpet Bombing ini sebenarnya kejam, namun tidak dipungkiri bahwa strategi inilah yang telah mempercepat jalannya Perang Dunia ke 2 dalam hitungan tahun. Di samping itu, korban jatuh (dari pihak kawan) dapat diminimalisir sekecil mungkin. Jumlah korban pemboman ini walaupun sebenarnya dapat diakses oleh publik, akan tetapi tidak pernah naik ke permukaan. Jerman dan Jepang adalah dua negara yang paling menderita hasil dari Carpet Bombing, jumlah korban di kedua negara ini mencapai angkat jutaan orang. Dan tidak pernah ada yang mau mengusut kematian para korban ini.
Kamikaze (Jepang)
Jepang merupakan negara yang unik, tradisi mereka akan kemiliteran sudah ada sejak jaman samurai dan terus diwariskan bahkan hingga Perang Dunia ke 2. Jepang memang mempunyai tradisi kuat tentang harga diri, mereka lebih baik mati daripada harus menanggung malu suatu kekalahan. Tradisi yang terlihat kuno ini masih saja dipraktekan sepanjang perang dunia ke 2. Beberapa garnisium yang terjebak di pulau-pulau pasifik memilih untuk melakukan Harakiri atau bunuh diri secara masal. Namun, tidak ada yang lebih destruktif dari serangan Kamikaze. Serangan dengan menabrakan pesawat ke kapal-kapal lawan.
Serangan Kamikaze Jepang Ke Kapal Induk USA
Serangan Kamikaze Jepang Ke Kapal Induk USA
Kamikaze atau Kami-Kaze atau Gami-Kaze mempunyai arti Angin Dewa. Idenya sederhana, meletakan cukup peledak di dalam sebuah pesawat dan kemudian menyuruh seorang pilot untuk menabrakannya ke badan kapal lawan. Mirip seperti rudal yang ada sekarang ini. Hanya saja pada waktu itu rudal roket belum atau tidak banyak digunakan, hanya Jerman saja yang mempunyai teknologi untuk itu.
Mengapa Jepang sampai melakukan kamikaze? Jepang sebenarnya masih mempunyai cukup persediaan pesawat tempur pada akhir masa perang. Hanya saja, mereka tidak punya cukup sumber daya manusia untuk menerbangkannya. Melatih pilot pesawat tempur butuh waktu yang lama, apalagi di masa perang, pelatihan itu harus dilakukan secara lebih intensif lagi. Karena itulah, lebih mudah untuk melatih pilot ala kadarnya (sekedar dapat menerbangkan pesawat) dan kemudian menyuruh mereka untuk menubrukan diri ke badan lawan. Bagi pasukan Jepang di kala itu, mati untuk negara adalah sebuah kehormatan yang besar.